![]() |
Foto Dari Pixabay.com |
Buku Di Mata Seorang Bloger Buku - Nama aslinya adalah Indah Purnama. Orangnya cantik secantik namanya. Umurnya masih muda, sekitar dua puluh tahunan akunya di profile blog yang bersangkutan. Blogger Bekasi ini sehari-hari menggunakan kacamata. Ketahuan ya suka baca buku. Ya iya dong, aselinya memang seorang Blogger Buku. Tapi biasa dipanggil Ipeh Alena atau ini memang nama penanya. Jadi gak usah ragu karena Indah Purnama dan Ipeh Alena memang orang yang sama.
Sebagai seorang Blogger Buku, memiliki blog tersendiri yang ber-niche khusus buku rasanya memang suatu kewajiban ya. Karena itu sejak tahun 2014 bacaanipeh.web.id sudah wara-wiri hadir mengupas buku-buku yang senantiasa dilahap oleh pemiliknya. Blog tersebut hadir karena Ipeh merasa kesulitan dan selalu tidak puas dalam mencari informasi terkait buku yanng ingin dia baca. Kalaupun ada biasanya ulasannya sedikit dan kurang mendalam. Sehingga Ipeh tergerak untuk membuat blog buku dengan harapan blog tersebut dapat membantu pembaca yang sedang membutuhkan referensi buku yang dibutuhkan.
Sejak kapan mencintai buku ?
Ternyata hobi membaca buku pada masa anak-anak memang membawa pengaruh bagi manusia hingga dewasa. Ipeh sendiri menyebutkan bahwa dia suka membaca dan suka buku dikarena kebiasaan membaca majalah anak-anak Bobo, komik Sailormoon dan Doraemon. Dari biasa membaca majalah berlanjut membaca buku-buku cerita. Sehingga saat masa akhir di Sekolah Dasar, Ipeh selalu menuliskan "Membaca Buku dan Bermain" sebagai Hobi pada biodata di buku diary teman-temannya.
Berapa jumlah koleksi buku yag dipunyai?
Sayangnya Ipeh belum pernah mengitung secara pasti berapa jumlah buku yang dipunyainya. Tapi pemirsa, jumlah buku yang belum dibaca dan masih ada ditumbukan berjumlah 46 buah. Wow.... Berapa lama ya waktu buat menghabiskannya.
![]() |
Koleksi Buku Ipeh Alena |
Genre buku apa yang paling disukai?
Nah Ipeh sendiri termasuk pembaca buku yang menyukai banyak genre, kecuali buku politik. Nah yang ini sih memang bikin kepala jadi cenat-cenut bukan malah refresh. Namun kalau fiksi yang berbau atau yang menggunakan intrik-intrik politik sih masih sanggup katanya. "Otak saya tidak cukup kuat," alasannya kenapa tidak mau membaca buku-buku politik. Tahu gak Ipeh, buat saya juga politik cukup didengar di pemberitaan media televisi. Ha...ha...
Buku Yang Paling Disenangi?
Ada tiga penulis favorit Ipeh yakni Fuad Hasan, Stephen King dan Arswendo Atmowiloto. Aih nama yang terakhir bener gak sih. Gak yakin soalnya. Gugling dong. Oh ya Ipeh, Fuad Hasan itu yang menteri Pendidikan jaman Pak Harto dulu ya. Baru tahu saya beliau juga penulis. He..he...
Setiap bulan ada budget khusus buat buku?
Ternyata memang Ipeh selalu menyediakan budget khusus untuk buku setiap bulan. Nominalnya tergantung dari waktunya, apa lagi banyak musim Sale atau gak. Lagi banyak keluar judul baru atau gak. Tapi minimal 300 ribu diposkan untuk memenuhi kebutuhan membeli buku setiap bulannya.
Rata-rata berapa buku mampu dibaca setiap bulan?
Nah ini pertanyaan yang paling ditunggu. Pengen tahu kan seorang blogger buku kecepatan membacanya seperti apa. Biar bisa dibandingin dengan diri sendiri, gitchu.
Kalau menurut Ipeh, jumlah buku per bulannya gak tentu. Namun dia mewajibkan dirinya minimal 1 buku setiap bulan untuk diselesaikan. Tahun 2015 malah Ipeh punya proyek pribadi satu buku satu minggu. Namun menurutnya tahun ini jumlah buku yang dibaca menurun karena ada pekerjaan tambahan.
Bagi yang ingin tahu bagaimana Ipeh men-challenge dirinya membaca buku dapat melihat laman TBU atau Tantangan Baca Ulas di blog bukunya. Umumnya buku-buku disana gak saya kenal penulisnya. Karena memang perbendaharaan saya terbatas:(
Apa asyiknya menjadi blogger buku?
Nah blog bacaanipeh.web.id mnerupakan satu-satunya blog yang masih murni idealismenya Ipeh. Menurut Ipeh karena tertantang untuk menjadi Be My Self, namun masih bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, disitulah seninya menjadi blogger buku di mata Ipeh alena. Asyik lainnya adalah Ipeh sendiri bisa juga ikut dari suatu challenge dari blog buku lain seperti reading challenge dan lainnya.
Walaupun secara finansial menurut Ipeh tidak begitu banyak, sebagaimana travel blogger yang bisa jalan-jalan gratis. Tapi menurut Ipeh dengan menjadi blogger buku, dapat merupakan pintu awal untuk dipercaya penerbit sebagai first reader sebuah buku yang tengah launching. Jadi dengan diberi buku secara cuma-cuma oleh penerbit, pengeluaran beli buku dapat dihemat.
Oh ya saya punya juga teman FB yang namanya Untung Wahyudi. Beliau juga merupakan blogger yang resensi bukunya sering sekali muncul di koran-koran khususnya media di Pulau Jawa. Tak terhitung buku-buku yang dikirim penerbit untuk di-review. Belum lagi pemasukan dari penerbit yang karyanya di review maupun honor atas resensi yang dimuat. So, jangan takut untuk menjadi blogger buku ya.
Ipeh Alena sendiri memperlakukan buku-buku yang dipunyainya sebagai bagian dari koleksi pribadi. Koleksi-koleksi tersebut disimpan dalam lemari terbuka. Tapi dicatat ya, buku-buku tersebut hanya boleh dipinjam untuk keluarga atau teman yang sangat dia percaya. Nah kamu masuk kategori keluarga atau temannya?
Ada yang mengemukakan kalau beli buku itu ibarat investasi. Jadi buku juga merupakan harta tak bergerak. Menurut Ipeh buku-buku tertentu yang sudah tua akan memiliki nilai tinggi atau Incunabula sehingga tak jarang para kolektor buku akan berburu terhadap buku-buku yang masuk kategori Incunabula tersebut.
Apalagi setiap buku menyimpan ilmu ataupun pengetahuan yang membuka wawasan. Inilah yang membuat membaca dan memiliki buku di perpustakaan pribadi, bisa menjadi berharga karena 'apa' yang terkandung didalamnya. intinya memang memiliki buku merupakan sebuah wujud untuk berinvestasi.
Salah satu yang saya kepoin pada Ipeh adalah kemampuan membaca. Menurut saya kemampuan membaca buku sangat banyak variabel yang mempengaruhi. Jenis buku apakah bukunya 'bacaan berat' kayak textbook atau 'bacaan ringan'. Waktu yang tersedia apa panjang atau sebentar. Disamping itu kemampuan teknis untuk membaca cepat. Dahulu pernah heboh tentang teknik ini kan. Misal saya dan suami punya kecepatan baca yang berbeda. Satu halaman buat saya mungkin suami sudah tiga halaman. Tapi mungkin saya akan mendapat 'pengetahuan' ataupun 'bahan' yang lebih in-depth dibanding suami. Justru Ipeh tidak menyarankan membaca cepat. Karena itu, dengan membaca cepat kita akan kehilangan feeling/roh buku tersebut. Namun dengan membaca utuh tanpa skipping dengan membuat deadline, proses membaca bsa akan terasa lebih cepat. Ini yang dinamakan close reading.
Terakhir obrolan saya dengan Ipeh ditutup dengan pertanyaaan saran apa dari Ipeh supaya minat membaca masyarakat Indonesia meningkat. Yang pasti luangkan waktu ketika menunggu dengan membaca. Bisa ketika menunggu untuk dijemput, menunggu bis di halte atau pun sedang naik kendaraan. Yang terakhir ini saya sering pusing melakukannya mungkin karena mata saya silindris. Jadi intinya jadikan membaca sebagai gaya hidup. Dengan begitu otomatis orang-orang disekeliling ikut tergerak untuk melakukannya.
Dan jangan lupa untuk sisihkan buku-buku bekas masih layak baca untuk diberikan kepada rumah-rumah baca atau perpustakaan mini masyarakat. Karena sejatinya buku ada untuk dibaca bukan untuk disimpan. Mantap. Terimakasih Ipeh untuk diskusinya. Salam.
***