Rahasia Nyi Penengah Dewanti Si ratu Antologi - Saat masih di 17 tahun, Nyi sudah memutuskan untuk mencari rejeki di luar negeri sebagai buruh migran. Di usia belia, usia yang penuh hura-hura bagi remaja seusianya, Nyi sudah dihadapkan akan kerasnya hidup yang harus dijalaninya.
Tapi Nyi, bukanlah seorang perempuan biasa. Jauh dari orangtua, menghadapi tekanan pekerjaan dari majikan, tidak membuatnya menyerah. Selama sembilan tahun merantau, puluhan buku antologi telah dihasilkannya.
Ya, Nyi Penengah Dewanti, memang seorang penulis yang kebetulan pernah mencicipi hidup sebagai BMI di Hongkong selama sembilan tahun. Berapa banyak buku antologi yang diterbitkannya? Amat banyak. Lebih dari 100 buku antologi. Dan sebagian besar dari buku-buku antologi tersebut ditulis saat Nyi masih berstatus BMI.
***
Saya tertipu. Saya pikir Nyi Penengah Dewanti itu nama pena. "Nama aslinya siapa, Nyi?"
"Lha, itu memang nama aseli, mbak. Saya gak punya nama pena," jawab Nyi.
" Saya manggil apa nih, Nyi atau Dewanti?"
" Sedari kecil saya dipanggil Nyi oleh teman-teman. Tapi kalau keluarga manggilnya Dewi. Kalau di Bali dipanggil Kadek?"
Ternyata Nyi ini blasteran juga, Ibu dari Bali Bapak dari Jawa. Udah tahu kan, kalau orang bali, termasuk rumit juga dalam hal ngasi-ngasi nama. Ada yang dipengaruhi oleh kasta atau kebangsawanan, urutan kelahiran dan jenis kelamin.
NYI itu dipengaruhi oleh nama ibunya yang berawal NI. Karena Nyi anak kedua, maka dinamakan juga sebagai NENGAH. Gak tau nih, kenapa muncul 'imbuhan' PE. Sedangkan Dewanti menurut Nyi sesuatu yang masih berhubungan dengan dewa-dewi.
1. Sejak kapan nyi menyukai dunia kepenulisan
Sejak 2011, heheheh
Sejak 2011, heheheh
2. Bagaimana awalnya dl memulai menulis antologi
Ngeliat info lomba yang bersliweran di beranda, kemudian tertantang buat ikutan
Ngeliat info lomba yang bersliweran di beranda, kemudian tertantang buat ikutan
3. Sudah brp banyak buku antologinya
Ada sekitar 107an, lupa-lupa ingat lebih dari itu
Ada sekitar 107an, lupa-lupa ingat lebih dari itu
![]() |
Antologi ke-83. Penerbit 27 Aksara |
4. Secara materil bagaimana menulis antologi? pembagian royalti mksdnya
Pembagian royalti antologi, ga tak pikir mba, buatku antologi semacam sedekah tulisan. Kalau ada pun dan dapet biasanya kita bikin kesepakatan buat dibeliin buku kita kemudian di wakafin ke perpus yang memang butuh bacaan.
Pembagian royalti antologi, ga tak pikir mba, buatku antologi semacam sedekah tulisan. Kalau ada pun dan dapet biasanya kita bikin kesepakatan buat dibeliin buku kita kemudian di wakafin ke perpus yang memang butuh bacaan.
5. Apa kepuasan menulis antologi
Lebih ke seneng sih mba, bukan puas
Lebih ke seneng sih mba, bukan puas
6. Tema-tema apa sj yg pernah nyi tulis di antologi
Buanyak banget mba, beberapa kisah hidup di LN, Kematian, cinta-cintaan, motivasi hidup dan lain-lain.
Buanyak banget mba, beberapa kisah hidup di LN, Kematian, cinta-cintaan, motivasi hidup dan lain-lain.
7. Marketing buku antologi apa jadi tugas penulis juga? bagaimana membaginya?
Marketingnya ya, asal shared aja gitu, nggak pernah nyuruh2 atau maksa temen buat beli.
Marketingnya ya, asal shared aja gitu, nggak pernah nyuruh2 atau maksa temen buat beli.
8. Apa enak dan gak enaknya nulis antologi
Enaknya tambah kawan, tambah relasi dan rejeki. Nggak enaknya nggak ada
Enaknya tambah kawan, tambah relasi dan rejeki. Nggak enaknya nggak ada
Semacam tantangan dan proses belajar banyak hal.
11. Ada kemudahan gak dari acc penerbit klo kita sdh punya banyak antologi
Menurut saya bukan jaminan, kalau memang belum bejo/rejeki dan tidak sesuai kriteria penerbit tulisan sebagus apa pun prosentase ketolaknya tetap ada.
Mungkin kita bertanya, bagaimana mungkin Nyi bisa seproduktif itu, sedangkan kita tahu bekerja sebagai BMI tentunya tidak mempunyai waktu senggang yang cukup. Ternyata Nyi punya jurus ampuh yang mungkin gak akan semua kita bisa seperti Nyi.
"Jangan menunggu lo punya waktu baru nulis, tapi menulislah selalu dalam keadaaan kepepet sekali pun. Mau percaya mau nggak, gue nulis saat majikan gue belum bangun. Jam tujuh gue udah ke basement nyuci dua mobil bos gue (BMW + M.benz). After that, gue bawa anjing piaraan gue jalan pagi, than nyiram bunga. Nyiapin breakfast, beberes meja makan, ruang nonton tivi, ngepel, nyapu, ngelapin kaca, nyuci toilet. Ini kerjaan pagi gue sebelum mereka bangun, dan lo tau gue nulis di sela-sela gue ngerjain itu."
Hebat ya Nyi. Semangat pantang menyerah dan memanfaatkan sebesar-besarnya kesempatan, patut untuk di tiru. Kini, Nyi yang juga seorang Blogger Kendal, bekerja sebagai content creator di industri digital di kotanya.
Menurut saya bukan jaminan, kalau memang belum bejo/rejeki dan tidak sesuai kriteria penerbit tulisan sebagus apa pun prosentase ketolaknya tetap ada.
Mungkin kita bertanya, bagaimana mungkin Nyi bisa seproduktif itu, sedangkan kita tahu bekerja sebagai BMI tentunya tidak mempunyai waktu senggang yang cukup. Ternyata Nyi punya jurus ampuh yang mungkin gak akan semua kita bisa seperti Nyi.
"Jangan menunggu lo punya waktu baru nulis, tapi menulislah selalu dalam keadaaan kepepet sekali pun. Mau percaya mau nggak, gue nulis saat majikan gue belum bangun. Jam tujuh gue udah ke basement nyuci dua mobil bos gue (BMW + M.benz). After that, gue bawa anjing piaraan gue jalan pagi, than nyiram bunga. Nyiapin breakfast, beberes meja makan, ruang nonton tivi, ngepel, nyapu, ngelapin kaca, nyuci toilet. Ini kerjaan pagi gue sebelum mereka bangun, dan lo tau gue nulis di sela-sela gue ngerjain itu."
Hebat ya Nyi. Semangat pantang menyerah dan memanfaatkan sebesar-besarnya kesempatan, patut untuk di tiru. Kini, Nyi yang juga seorang Blogger Kendal, bekerja sebagai content creator di industri digital di kotanya.
**AV**
Nyi, di depan pekerjaannya. Sumber: Facebook Nyi
Selalu ada perasaan sayang bila mengingat kawan satu ini: Nyi Penengah
Dewanti yang akrab disapa Nyi atau Dewi. Saya mengenal perempuan
kelahiran Kendal 6 November 1986 ini sudah cukup lama, kira-kira sejak 4
tahun yang lalu. Waktu itu ia masih tinggal di Hong Kong dan dijuluki
Ratu Antologi oleh kawan-kawan penulis lainnya. Bagaimana tidak disebut
Ratu Antologi, Nyi sudah berkontribusi pada 100-an judul buku!
Saya memang hanya mengenalnya di dunia maya tapi saya merasa cukup akrab
dengannya. Sesekali kami bertegur sapa dan mendiskusikan beberapa hal
via inbox Facebook. Sesekali, ketika deritanya di perantauan tak
tertahankan, ia curhat kepada kami – kawan-kawannya di komunitas Be a
Writer. Waktu itu sifat grup Be a Writer masih “rahasia” dan kebanyakan
dari kami ibu rumah tangga jadi kami paham perasaan dan jerih payah Nyi
yang buruh migran itu.
Usianya belum lagi 17 tahun ketika dengan beraninya ia mencoba tantangan
merantau ke Hong Kong, pada tahun 2003. Selama 9 tahun Nyi berjuang
sebagai pahlawan devisa bagi keluarga dan negara. Ia balik ke Indonesia
tahun 2012. Sembari mencari penghidupan yang lebih baik, Nyi menulis
buku solo pertamanya. Pada tahun 2013, buku solo pertama – sebuah novel
berjudul Promise, Love & Life diterbitkan oleh penerbit Quanta.
Novel itu ditulis berdasarkan kisah nyata dirinya.
Sinopsis novel itu sedikit memberikan gambaran bagaimana kehidupan Nyi:
Selain umur yang tidak memenuhi syarat, aku tidak memiliki KTP, dan KK.
Oleh sebab itu bioadataku dirombak habis-habisan oleh PT yang akan
memberangkatkanku. Aku bukan lagi warga Jawa Tengah, tapi berpindah
menjadi warga Jawa Barat. Nama juga diubah dan beberapa surat lain.
Ketika adikku beberapa bulan lahir, Bapak meninggalkan kami. Aku dan
kakak banting setir untuk menghandel keuangan rumah demi bisa memberi
sebotol susu dan bubur bayi untuk adik. Kalau Kakak menjadi kuli panggul
bambu atau kenek angkot sepulang sekolah. Aku bekerja di warung makan,
tetangga.
Rezeki seumpama teka-teki, kerap berlindung di sarang misteri. Aku dan
keluarga kecilku tidak menyerah. Kami terus berlayar ke negeri impian
yang penuh perjuangan, tangisan, dan pengorbanan demi mewujudkan masa
depan. Majikan pertamaku suka memukul dan cerewet, majikan keduaku
sering menikam dibalik punggungku, majikan ketigaku -anaknya pernah mau
membunuhku, sanggupkah aku melewati hidup di negeri orang dengan
segudang ujian, dari yang Esa? Inilah kisahku, Promise, Love and Life.
14316150721973298464
14316150721973298464
Nyi di Bali
Mungkin kalian mengira Nyi harus menjadi BMI karena bapaknya meninggal,
ya? Tidak. Bapaknya meninggalkan keluarganya dalam arti yang sebenarnya.
Ia punya rumah kedua, punya keluarga baru. Lelaki itu meninggalkan
keluarga lamanya dalam keadaan kesusahan dan tak pernah menafkahi mereka
lagi.
Betapa bahagianya Nyi ketika buku solo pertamanya terbit. Kami –
kawan-kawannya di grup Be a Writer pun tak kalah bahagia untuk dirinya.
Seorang kawan – Riawani Elyta pernah merensi novel tersebut dan
menuliskan sepenggal kisah ini:
Setiap aku melakukan kesalahan, dia akan berkata seperti itu dan
kata-kata kotor lainnya. Puncak kemarahannya, waktu itu aku didorongnya
menghantam tembok. Esok harinya, kali ketiga memasak kailan aku masih
juga salah. Sumpit yang dibawanya buat mencicipi masakan dipukulkan ke
pundakku dengan kasarnya (hal. 69-70). Tidak mudah bertahan menghadapi
majikan yang cerewet, memperlakukanku seperti anjing, memukulkan benda
apa saja ketika dia marah (hal.100).
Namun itu semua tidak menyurutkan semangat dan kesabaran Dewi. Semua ia
lakukan demi menghidupi keluarga yang ia cintai. Demi menyekolahkan
adikku. Demi bisa memiliki rumah. Demi bisa membayar utang-utang
peninggalan Bapak. Demi itu semua aku berusaha kuat dan tegar dengan
cobaan yang ditimpakan. Demi bisa makan dan asap dapur yang terus
mengepul. Demi mempertahankan nasib dan masa depan. Tidak ada alasan
menyerah pada keadaan. (hal. 26).
Berbagai pengalaman pahit yang dialami Dewi sempat membuatnya gamang.
Salah satu pilihan tersulit adalah memutuskan menyerah atau berjuang
lebih keras lagi. Aku memilih opsi aman kedua. (hal. 107). Meski untuk
pilihan itu, Dewi harus menghadapi majikan yang lebih kejam dan beban
pekerjaan yang jauh lebih berat.
143161515451294988
143161515451294988
4 novel pertama karya Nyi
Setelah novel memoar itu terbit, berturut-turut Nyi menerbitkan 4 novel
berikut yang telah beredar di toko-toko buku besar di seluruh Indonesia:
Waktu (Zettu, Juli 2013), Pendamping Hatiku (Rumah Oranye, Oktober
2013), Yang Tercinta (Zettu, Februari 2014), dan Ingin Bercinta (Zettu,
September 2014). Saya tahu, seorang penulis senior pernah menyindirnya,
mengapa ia tak menulis buku solo, hanya antologi demi antologi saja yang
diupayakannya. Saya menduga, Nyi terpicu oleh sindiran itu.
Nyi luar biasa. Ia sudah terbiasa jatuh-bangun dalam kehidupan sejak
masa remaja. Sejak masa, di mana kebanyakan orang melaluinya dengan
bersenang-senang, Nyi sudah bekerja keras.
Tahun 2012 lalu, dia pernah menulis di blognya tentang bagaimana cara
dia produktif menulis:
Jangan menunggu lo punya waktu baru nulis, tapi menulislah selalu dalam
keadaaan kepepet sekali pun. Mau percaya mau nggak, gue nulis saat
majikan gue belum bangun. Jam tujuh gue udah ke basement nyuci dua mobil
bos gue (BMW + M.benz). After that, gue bawa anjing piaraan gue jalan
pagi, than nyiram bunga. Nyiapin breakfast, beberes meja makan, ruang
nonton tivi, ngepel, nyapu, ngelapin kaca, nyuci toilet. Ini kerjaan
pagi gue sebelum mereka bangun, dan lo tau gue nulis di sela-sela gue
ngerjain itu.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mugniar/nyi-penengah-dewanti-antara-hong-kong-indonesia-demi-sececah-harapan_5554b8f46523bda41d4aefae
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mugniar/nyi-penengah-dewanti-antara-hong-kong-indonesia-demi-sececah-harapan_5554b8f46523bda41d4aefae
Nyi, di depan pekerjaannya. Sumber: Facebook Nyi
Selalu ada perasaan sayang bila mengingat kawan satu ini: Nyi Penengah
Dewanti yang akrab disapa Nyi atau Dewi. Saya mengenal perempuan
kelahiran Kendal 6 November 1986 ini sudah cukup lama, kira-kira sejak 4
tahun yang lalu. Waktu itu ia masih tinggal di Hong Kong dan dijuluki
Ratu Antologi oleh kawan-kawan penulis lainnya. Bagaimana tidak disebut
Ratu Antologi, Nyi sudah berkontribusi pada 100-an judul buku!
Saya memang hanya mengenalnya di dunia maya tapi saya merasa cukup akrab
dengannya. Sesekali kami bertegur sapa dan mendiskusikan beberapa hal
via inbox Facebook. Sesekali, ketika deritanya di perantauan tak
tertahankan, ia curhat kepada kami – kawan-kawannya di komunitas Be a
Writer. Waktu itu sifat grup Be a Writer masih “rahasia” dan kebanyakan
dari kami ibu rumah tangga jadi kami paham perasaan dan jerih payah Nyi
yang buruh migran itu.
Usianya belum lagi 17 tahun ketika dengan beraninya ia mencoba tantangan
merantau ke Hong Kong, pada tahun 2003. Selama 9 tahun Nyi berjuang
sebagai pahlawan devisa bagi keluarga dan negara. Ia balik ke Indonesia
tahun 2012. Sembari mencari penghidupan yang lebih baik, Nyi menulis
buku solo pertamanya. Pada tahun 2013, buku solo pertama – sebuah novel
berjudul Promise, Love & Life diterbitkan oleh penerbit Quanta.
Novel itu ditulis berdasarkan kisah nyata dirinya.
Sinopsis novel itu sedikit memberikan gambaran bagaimana kehidupan Nyi:
Selain umur yang tidak memenuhi syarat, aku tidak memiliki KTP, dan KK.
Oleh sebab itu bioadataku dirombak habis-habisan oleh PT yang akan
memberangkatkanku. Aku bukan lagi warga Jawa Tengah, tapi berpindah
menjadi warga Jawa Barat. Nama juga diubah dan beberapa surat lain.
Ketika adikku beberapa bulan lahir, Bapak meninggalkan kami. Aku dan
kakak banting setir untuk menghandel keuangan rumah demi bisa memberi
sebotol susu dan bubur bayi untuk adik. Kalau Kakak menjadi kuli panggul
bambu atau kenek angkot sepulang sekolah. Aku bekerja di warung makan,
tetangga.
Rezeki seumpama teka-teki, kerap berlindung di sarang misteri. Aku dan
keluarga kecilku tidak menyerah. Kami terus berlayar ke negeri impian
yang penuh perjuangan, tangisan, dan pengorbanan demi mewujudkan masa
depan. Majikan pertamaku suka memukul dan cerewet, majikan keduaku
sering menikam dibalik punggungku, majikan ketigaku -anaknya pernah mau
membunuhku, sanggupkah aku melewati hidup di negeri orang dengan
segudang ujian, dari yang Esa? Inilah kisahku, Promise, Love and Life.
14316150721973298464
14316150721973298464
Nyi di Bali
Mungkin kalian mengira Nyi harus menjadi BMI karena bapaknya meninggal,
ya? Tidak. Bapaknya meninggalkan keluarganya dalam arti yang sebenarnya.
Ia punya rumah kedua, punya keluarga baru. Lelaki itu meninggalkan
keluarga lamanya dalam keadaan kesusahan dan tak pernah menafkahi mereka
lagi.
Betapa bahagianya Nyi ketika buku solo pertamanya terbit. Kami –
kawan-kawannya di grup Be a Writer pun tak kalah bahagia untuk dirinya.
Seorang kawan – Riawani Elyta pernah merensi novel tersebut dan
menuliskan sepenggal kisah ini:
Setiap aku melakukan kesalahan, dia akan berkata seperti itu dan
kata-kata kotor lainnya. Puncak kemarahannya, waktu itu aku didorongnya
menghantam tembok. Esok harinya, kali ketiga memasak kailan aku masih
juga salah. Sumpit yang dibawanya buat mencicipi masakan dipukulkan ke
pundakku dengan kasarnya (hal. 69-70). Tidak mudah bertahan menghadapi
majikan yang cerewet, memperlakukanku seperti anjing, memukulkan benda
apa saja ketika dia marah (hal.100).
Namun itu semua tidak menyurutkan semangat dan kesabaran Dewi. Semua ia
lakukan demi menghidupi keluarga yang ia cintai. Demi menyekolahkan
adikku. Demi bisa memiliki rumah. Demi bisa membayar utang-utang
peninggalan Bapak. Demi itu semua aku berusaha kuat dan tegar dengan
cobaan yang ditimpakan. Demi bisa makan dan asap dapur yang terus
mengepul. Demi mempertahankan nasib dan masa depan. Tidak ada alasan
menyerah pada keadaan. (hal. 26).
Berbagai pengalaman pahit yang dialami Dewi sempat membuatnya gamang.
Salah satu pilihan tersulit adalah memutuskan menyerah atau berjuang
lebih keras lagi. Aku memilih opsi aman kedua. (hal. 107). Meski untuk
pilihan itu, Dewi harus menghadapi majikan yang lebih kejam dan beban
pekerjaan yang jauh lebih berat.
143161515451294988
143161515451294988
4 novel pertama karya Nyi
Setelah novel memoar itu terbit, berturut-turut Nyi menerbitkan 4 novel
berikut yang telah beredar di toko-toko buku besar di seluruh Indonesia:
Waktu (Zettu, Juli 2013), Pendamping Hatiku (Rumah Oranye, Oktober
2013), Yang Tercinta (Zettu, Februari 2014), dan Ingin Bercinta (Zettu,
September 2014). Saya tahu, seorang penulis senior pernah menyindirnya,
mengapa ia tak menulis buku solo, hanya antologi demi antologi saja yang
diupayakannya. Saya menduga, Nyi terpicu oleh sindiran itu.
Nyi luar biasa. Ia sudah terbiasa jatuh-bangun dalam kehidupan sejak
masa remaja. Sejak masa, di mana kebanyakan orang melaluinya dengan
bersenang-senang, Nyi sudah bekerja keras.
Tahun 2012 lalu, dia pernah menulis di blognya tentang bagaimana cara
dia produktif menulis:
Jangan menunggu lo punya waktu baru nulis, tapi menulislah selalu dalam
keadaaan kepepet sekali pun. Mau percaya mau nggak, gue nulis saat
majikan gue belum bangun. Jam tujuh gue udah ke basement nyuci dua mobil
bos gue (BMW + M.benz). After that, gue bawa anjing piaraan gue jalan
pagi, than nyiram bunga. Nyiapin breakfast, beberes meja makan, ruang
nonton tivi, ngepel, nyapu, ngelapin kaca, nyuci toilet. Ini kerjaan
pagi gue sebelum mereka bangun, dan lo tau gue nulis di sela-sela gue
ngerjain itu.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mugniar/nyi-penengah-dewanti-antara-hong-kong-indonesia-demi-sececah-harapan_5554b8f46523bda41d4aefae
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mugniar/nyi-penengah-dewanti-antara-hong-kong-indonesia-demi-sececah-harapan_5554b8f46523bda41d4aefae
Nyi, di depan pekerjaannya. Sumber: Facebook Nyi
Selalu ada perasaan sayang bila mengingat kawan satu ini: Nyi Penengah
Dewanti yang akrab disapa Nyi atau Dewi. Saya mengenal perempuan
kelahiran Kendal 6 November 1986 ini sudah cukup lama, kira-kira sejak 4
tahun yang lalu. Waktu itu ia masih tinggal di Hong Kong dan dijuluki
Ratu Antologi oleh kawan-kawan penulis lainnya. Bagaimana tidak disebut
Ratu Antologi, Nyi sudah berkontribusi pada 100-an judul buku!
Saya memang hanya mengenalnya di dunia maya tapi saya merasa cukup akrab
dengannya. Sesekali kami bertegur sapa dan mendiskusikan beberapa hal
via inbox Facebook. Sesekali, ketika deritanya di perantauan tak
tertahankan, ia curhat kepada kami – kawan-kawannya di komunitas Be a
Writer. Waktu itu sifat grup Be a Writer masih “rahasia” dan kebanyakan
dari kami ibu rumah tangga jadi kami paham perasaan dan jerih payah Nyi
yang buruh migran itu.
Usianya belum lagi 17 tahun ketika dengan beraninya ia mencoba tantangan
merantau ke Hong Kong, pada tahun 2003. Selama 9 tahun Nyi berjuang
sebagai pahlawan devisa bagi keluarga dan negara. Ia balik ke Indonesia
tahun 2012. Sembari mencari penghidupan yang lebih baik, Nyi menulis
buku solo pertamanya. Pada tahun 2013, buku solo pertama – sebuah novel
berjudul Promise, Love & Life diterbitkan oleh penerbit Quanta.
Novel itu ditulis berdasarkan kisah nyata dirinya.
Sinopsis novel itu sedikit memberikan gambaran bagaimana kehidupan Nyi:
Selain umur yang tidak memenuhi syarat, aku tidak memiliki KTP, dan KK.
Oleh sebab itu bioadataku dirombak habis-habisan oleh PT yang akan
memberangkatkanku. Aku bukan lagi warga Jawa Tengah, tapi berpindah
menjadi warga Jawa Barat. Nama juga diubah dan beberapa surat lain.
Ketika adikku beberapa bulan lahir, Bapak meninggalkan kami. Aku dan
kakak banting setir untuk menghandel keuangan rumah demi bisa memberi
sebotol susu dan bubur bayi untuk adik. Kalau Kakak menjadi kuli panggul
bambu atau kenek angkot sepulang sekolah. Aku bekerja di warung makan,
tetangga.
Rezeki seumpama teka-teki, kerap berlindung di sarang misteri. Aku dan
keluarga kecilku tidak menyerah. Kami terus berlayar ke negeri impian
yang penuh perjuangan, tangisan, dan pengorbanan demi mewujudkan masa
depan. Majikan pertamaku suka memukul dan cerewet, majikan keduaku
sering menikam dibalik punggungku, majikan ketigaku -anaknya pernah mau
membunuhku, sanggupkah aku melewati hidup di negeri orang dengan
segudang ujian, dari yang Esa? Inilah kisahku, Promise, Love and Life.
14316150721973298464
14316150721973298464
Nyi di Bali
Mungkin kalian mengira Nyi harus menjadi BMI karena bapaknya meninggal,
ya? Tidak. Bapaknya meninggalkan keluarganya dalam arti yang sebenarnya.
Ia punya rumah kedua, punya keluarga baru. Lelaki itu meninggalkan
keluarga lamanya dalam keadaan kesusahan dan tak pernah menafkahi mereka
lagi.
Betapa bahagianya Nyi ketika buku solo pertamanya terbit. Kami –
kawan-kawannya di grup Be a Writer pun tak kalah bahagia untuk dirinya.
Seorang kawan – Riawani Elyta pernah merensi novel tersebut dan
menuliskan sepenggal kisah ini:
Setiap aku melakukan kesalahan, dia akan berkata seperti itu dan
kata-kata kotor lainnya. Puncak kemarahannya, waktu itu aku didorongnya
menghantam tembok. Esok harinya, kali ketiga memasak kailan aku masih
juga salah. Sumpit yang dibawanya buat mencicipi masakan dipukulkan ke
pundakku dengan kasarnya (hal. 69-70). Tidak mudah bertahan menghadapi
majikan yang cerewet, memperlakukanku seperti anjing, memukulkan benda
apa saja ketika dia marah (hal.100).
Namun itu semua tidak menyurutkan semangat dan kesabaran Dewi. Semua ia
lakukan demi menghidupi keluarga yang ia cintai. Demi menyekolahkan
adikku. Demi bisa memiliki rumah. Demi bisa membayar utang-utang
peninggalan Bapak. Demi itu semua aku berusaha kuat dan tegar dengan
cobaan yang ditimpakan. Demi bisa makan dan asap dapur yang terus
mengepul. Demi mempertahankan nasib dan masa depan. Tidak ada alasan
menyerah pada keadaan. (hal. 26).
Berbagai pengalaman pahit yang dialami Dewi sempat membuatnya gamang.
Salah satu pilihan tersulit adalah memutuskan menyerah atau berjuang
lebih keras lagi. Aku memilih opsi aman kedua. (hal. 107). Meski untuk
pilihan itu, Dewi harus menghadapi majikan yang lebih kejam dan beban
pekerjaan yang jauh lebih berat.
143161515451294988
143161515451294988
4 novel pertama karya Nyi
Setelah novel memoar itu terbit, berturut-turut Nyi menerbitkan 4 novel
berikut yang telah beredar di toko-toko buku besar di seluruh Indonesia:
Waktu (Zettu, Juli 2013), Pendamping Hatiku (Rumah Oranye, Oktober
2013), Yang Tercinta (Zettu, Februari 2014), dan Ingin Bercinta (Zettu,
September 2014). Saya tahu, seorang penulis senior pernah menyindirnya,
mengapa ia tak menulis buku solo, hanya antologi demi antologi saja yang
diupayakannya. Saya menduga, Nyi terpicu oleh sindiran itu.
Nyi luar biasa. Ia sudah terbiasa jatuh-bangun dalam kehidupan sejak
masa remaja. Sejak masa, di mana kebanyakan orang melaluinya dengan
bersenang-senang, Nyi sudah bekerja keras.
Tahun 2012 lalu, dia pernah menulis di blognya tentang bagaimana cara
dia produktif menulis:
Jangan menunggu lo punya waktu baru nulis, tapi menulislah selalu dalam
keadaaan kepepet sekali pun. Mau percaya mau nggak, gue nulis saat
majikan gue belum bangun. Jam tujuh gue udah ke basement nyuci dua mobil
bos gue (BMW + M.benz). After that, gue bawa anjing piaraan gue jalan
pagi, than nyiram bunga. Nyiapin breakfast, beberes meja makan, ruang
nonton tivi, ngepel, nyapu, ngelapin kaca, nyuci toilet. Ini kerjaan
pagi gue sebelum mereka bangun, dan lo tau gue nulis di sela-sela gue
ngerjain itu.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mugniar/nyi-penengah-dewanti-antara-hong-kong-indonesia-demi-sececah-harapan_5554b8f46523bda41d4aefae
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mugniar/nyi-penengah-dewanti-antara-hong-kong-indonesia-demi-sececah-harapan_5554b8f46523bda41d4aefae
Wiih keren banget ya Nyi. Luar biasa, benar-benar sosok wanita Indonesia yang tangguh dan membanggakan.
BalasHapuswww.talkativetya.com
menulis dalam keadaan kepepet..dulu sering kalo DL lomba..sekarang kayanya otaknya ga kuat ><
BalasHapusTernyata, blog 'Blogger Kendal' ini mmg konten pengenalan kota ya? Wah.. hebat Nyi..
BalasHapusAah...Nyi kerren banget.
BalasHapusSuka nyari-nyari alesan buat nulis.
Tapi perjuangan Nyi...mashaallah.
Semoga menjadi tabungan jariyah kelak...aamiin.
Keren banget mbak Nyi ini. Duh saya jadi terpecut untuk semangat menulis :')
BalasHapus